23 Februari, 2007

Kamera Intip Antibintit

Benda yang dulu cuma sebatas imajinasi kaum lelaki nakal untuk melirik “kepunyaan” lawan jenisnya itu, kini ada di sekitar kita. Mampu melihat apa yang tidak terlihat mata telanjang. Tapi jangan sewot dulu, alat ini bukan cuma buat urusan intip-mengintip.

Wahai perempuan yang sering berenang, bersenam aerobik, atau senang memakai pakaian berbahan sintetis yang ketat-ketat, kini harus ekstra waspada. Terlebih jika ada orang yang mengarahkan kamera video, kamera digital, atau kamera ponsel ke diri Anda.

Jangan ge-er dulu Anda diabadikan dalam gadget mereka. Soalnya, siapa tahu gadget mereka sudah dilengkapi lensa tembus pandang. Artinya, "bagian jeroan" Anda bisa terekam dengan leluasa dan tersimpan di "album" mereka. Mending kalau masih untuk konsumsi terbatas. Jika lalu disebar lewat internet, 'kan berabe to!

Bukan menakut-nakuti, tapi lensa semacam itu sekarang sudah beredar di pasaran. Tidak secara gelap-gelapan, karena di internet atau iklan baris surat kabar sudah ditawarkan gamblang.

Cukup satu setengah juta perak saja, alat perekam gambar sudah jadi lensa intip tanpa si pengintip harus takut bintitan.

Sasaran alat semacam ini sebagian besar tentu perempuan-perempuan yang mengenakan jenis pakaian seperti di atas. Pada hasil rekaman, baik berupa film atau foto, bisa terlihat bagian-bagian tersembunyi di balik baju. Hasilnya cukup jelas dan ini sudah terbukti. Apalagi jika objeknya kebetulan tidak berpengaman tambahan alias tanpa pakaian dalam.

Kaca film hitam pun tembus
Semua itu konon berawal dari diluncurkannya sebuah produk kamera video di pasaran Jepang beberapa tahun lalu. Kamera berfasilitas inframerah itu sebenarnya dimaksudkan untuk merekam objek-objek di malam hari yang minim cahaya.

Entah bagaimana kejadian persisnya, jika fasilitas itu digunakan pada saat cahaya terang, siang hari misalnya, ternyata hasil rekamannya menunjukkan, baju-baju yang berbahan sintetis seperti menghilang. Objeknya (orang) tampak seperti tidak mengenakan selembar benang pun pada tubuhnya.


Hingga sekarang, tidak ada kabar resmi soal peristiwa itu. Produsennya pun membisu. Yang jelas, kamera video bermasalah itu segera ditarik dari peredaran, meski sudah ada yang terlanjur beredar di tangan konsumen.

Nah, kasus itu membuktikan, soal “intip tanpa bintit” ternyata ada pasarnya. Tak heran jika kemudian beberapa situs di internet menawarkan lensa tambahan yang bisa tembus pandang. Penggunaan benda yang sebenarnya “filter inframerah” ini terutama untuk kamera video dan kamera digital merek-merek tertentu – terutama keluaran terbaru – yang dilengkapi charge coupled device (CCD); ini bagian sensitif kamera yang dapat menangkap cahaya inframerah dengan panjang gelombang 690 – 4.000 nm.

Situs tadi bukan asal ngecap, sebab menyertakan juga teori yang masuk akal tentang cara kerja lensanya. Dijelaskan, lensa intip itu berfungsi meneruskan cahaya inframerah untuk menembus benda tertentu (dalam hal ini kain baju) yang mustahil dilakukan cahaya tampak karena panjang gelombangnya terbatas. Saat inframerah mentok di kulit, cahaya baru dipantulkan dan ditangkap sebagai cahaya tampak oleh CCD.

Menurut situs itu, masih banyak yang bisa dilakukan dengan teknologi ini selain sekadar untuk berbuat tidak semenggah. CCD berinframerah ini bisa dipakai untuk mengintai seseorang yang berkaca mata hitam, melihat objek yang berada di dalam mobil berkaca film gelap, survei pertanian, pemantauan polusi, fotografi jarak jauh, pemantauan lautan es, deteksi kamuflase, bahkan industri tekstil.

Benda yang dipastikan bisa bikin risih perempuan itu ditawarkan dengan harga AS $ 30 – 150 sebuah. Transaksinya dengan kartu kredit, dan lewat jasa kurir, barang dijanjikan sampai di rumah tak sampai 10 hari. Tak jelas, berapa yang sudah masuk ke negeri kita.

Baru bisa satu warna
Dengan teknologi berbeda, kamera tembus pandang seperti itu juga sudah bisa dihasilkan di negeri kita. Penemunya lima orang pehobi teknologi informasi dari beberapa kota yang kebetulan bertemu dan punya kehendak serupa. Awalnya, mereka terinspirasi oleh kasus kamera bikinan Jepang tadi. “Kami kepingin bikin handycam yang sama,” aku salah seorang yang dipanggil Filbert (26).

Dari membongkar kamera video heboh itu, kelimanya menemukan sebuah chip pada sistem perekam gambar pada cahaya minim (nightshot) yang bisa membuat gambar tembus pandang. Mereka kemudian tertantang untuk menerapkannya pada kamera ponsel karena belum ada yang mencobanya. Tak kurang empat ponsel kamera Nokia seri 3650 dan 3660 harus dibuang dalam eksperimen itu.

Menurut Filbert, kesulitannya terletak pada jumper perangkat inframerah di kamera ponsel. Tak patah semangat, mereka mencoba terus selama dua bulan hingga akhirnya menemukan variasi delapan jumper yang kemudian diselaraskan dengan chip dari kamera video tadi. Hasil jadinya adalah kamera ponsel yang mengadaptasi teknologi cahaya inframerah dari kamera video.

Dari penglihatan Intisari terhadap gambar jepretan kamera ponsel tim itu pada objek manusia berbaju renang, hasilnya memang bisa tembus pandang. Bahan lain yang juga tertembus adalah sutra, tinta basah di kertas, plastik (seperti jerigen), kaca film, atau kacamata antiultraviolet yang tidak mengkilap.

Penemuan ini bisa diterapkan pada semua kamera ponsel, kamera digital, dan kamera video. Pemakaian chip yang terdiri atas empat jenis ditentukan tingkat resolusi gambar dari alat perekamnya. Chip jenis satu (sebut saja demikian) dipakai untuk kamera ponsel resolusi rendah seperti Nokia seri 3650 dan 3660 hingga chip jenis empat untuk kamera video yang gambarnya bergerak. Bedanya, penyambungan untuk ponsel dan kamera ada pada peranti lunaknya, sedang kamera video pada peranti kerasnya.

Untuk meningkatkan kualitas gambar, terutama pada pemotretan di cahaya gelap, tim ini juga merancang sebuah senter inframerah. Senter kecil biasa yang telah dimodifikasi itu disorotkan pada objek yang hendak diambil gambarnya. Cahayanya tidak terlihat mata biasa, tapi kita bisa melihatnya di monitor kamera.

Namun, ada satu kelemahan, yakni kemampuan tembus pandang ternyata hanya terhadap satu warna yang dominan seperti hitam atau biru saja. Jika objek terdiri atas variasi warna, tim telah merancang sebuah lensa tambahan yang dapat menyatukan warna. Dipasang di depan lensa, dan gambar akan terlihat hitam putih saja.

Pertama di dunia
“Sebenarnya, penemuan ini kami anggap belum sempurna,” aku Filbert. Pasalnya, ada beberapa bahan seperti katun atau kertas, tidak bisa tembus. Sekarang sebenarnya sudah bisa menembus besi, namun ternyata berpengaruh pada sinyal ponsel. “Namun saya yakin, sekitar beberapa bulan lagi bakal bisa ditemukan. Ini 'kan masalah jumper saja,” tambah mantan teknisi ponsel yang berlatar belakang pendidikan desain grafis ini.

Meski begitu, kelimanya merasa bangga karena yakin ini yang pertama di dunia. Pada perbincangan di forum ponsel di internet, banyak orang dari luar negeri tidak percaya, tapi Filbert mengaku tidak peduli. “Biarin aja deh,” katanya enteng. Ketidakpercayaan itu agaknya karena teknologi inframerah pada kamera video berbeda dengan kamera ponsel atau kamera digital. Namun, justru di situlah letak penemuannya!

Kini Filbert memilih berkonsentrasi memasarkan hasil karya timnya itu. Ia mematok harga mulai satu setengah juta rupiah untuk ponsel. Termasuk mahal, karena semua chip didatangkan dari Hongkong atau Singapura. Kalau di dalam negeri, ia harus melakukan kanibalasisai terhadap kamera video aslinya.

Peminatnya ternyata cukup lumayan. Minggu pertama peluncuran, dalam sehari Filbert bisa mengerjakan lima pesanan, tapi sekarang agak turun. Semua penjual kamera berfasilitas lensa tembus pandang di Indonesia pasti berasal dari timnya. Teknologi itu sendiri kabarnya sudah ditawar untuk dibeli oleh seseorang dari India.

Para pembeli itu, menurut Filbert, bukan cuma kepingin berbuat kurang ajar. Banyak juga pehobi teknologi yang sekadar penasaran dan ingin memilikinya. Apalagi setelah dicoba beberapa waktu, ternyata hasil jepretan foto biasa jadi lebih bagus, terutama di bawah sorotan lampu neon. Saat dicetak, kerapatan titik pembentuk gambar lebih padat.

Sebelum jualan, Filbert bukan tidak mempertimbangkan aspek hukum. Dari konsultasi dengan beberapa pihak, ia berkesimpulan teknologi semacam ini tidak bisa dibendung dan suatu saat akan dikembangkan juga. “Sekarang tergantung orangnya saja, ingin menggunakan benda itu sebagai apa,” katanya.

Dengan kata lain, dosa tidak ditanggung pedagang.


Inframerah Tertangkap Kamera Video

Fisikawan kenamaan, Prof. Dr. Yohanes Surya berpendapat, teori kamera tembus pandang bukan hal yang mustahil. Untuk memahaminya, perlu memahami pula teori tentang cahaya yang diserap, diteruskan, dan dipantulkan sebuah benda. Bayangkan sebuah material yang terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul yang memiliki elektron-elektron. Elektron terikat pada atom oleh semacam pegas dan dapat bergetar dengan frekuensi alamiah.

Menurut Yohanes, jika cahaya datang pada material dengan frekuensi sebesar frekuensi alamiah elektron dalam material itu, maka energi cahaya itu akan diserap oleh elektron itu sehingga menyebabkan elektron bergetar. Ketika bergetar, elektron akan berinteraksi dengan atom tetangganya sedemikian rupa sehingga energi getarnya diubah menjadi energi panas. Dalam kasus ini terjadilah apa yang disebut penyerapan cahaya.

Namun, jika cahaya yang datang pada material itu tidak sama dengan frekuensi alamiahnya, maka cahaya itu akan dibiaskan. Peristiwa ini terjadi pada material tembus pandang. Dalam hal ini cahaya diserap elektron dan membuat elektron bergetar, tapi dalam waktu singkat energi ini dilepaskan kembali ke atom tetangganya. Ini terjadi terus-
menerus sehingga terjadilah pembiasan.

“Pada pemantulan, energi cahaya diserap oleh elektron dan dalam waktu singkat elektron itu melepas kembali cahaya itu. Peristiwa ini terjadi pada benda-benda seperti cermin,” papar pengajar di Universitas Pelita Harapan ini.

Pada material tertentu seperti kain (sutera) gelombang inframerah atau yang lebih panjang lagi (misalnya gelombang tera) umumnya diteruskan. Sedangkan gelombang lain dipantulkan. Gelombang yang menembus ini kemudian dipantulkan tubuh atau
bagian yang dibungkus kain itu. Pantulan inilah yang ditangkap kamera video.


Karena kamera atau video ini dipasangi filter inframerah, maka hanya sinar inframerah saja yang bisa masuk, sinar inilah yang membentuk bayangan tubuh yang terbungkus kain.

Jenis kain apa yang dapat ditembus tergantung pada jenis molekul-molekulnya. “Yang terpenting, frekuensi alamiah yang dimiliki oleh elektron-elektron material,” katanya.


Dimuat di Majalah INTISARI

Tidak ada komentar: