Persis seperti kita di masa kanak-kanak, virus varisela zoster juga suka mengajak daya tahan tubuh main petak umpet. Begitu daya tahan tubuh lengah, ia bisa tiba-tiba muncul dari tempat persembunyiannya di badan saraf. Harus secepatnya ditangani, daripada seumur hidup menanggung nyeri tak terperi.
Seorang bos di sebuah perusahaan penerbitan, sebut saja namanya Herman, sedang jadi bahan pembicaraan di antara bawahannya di kantor. Sudah seminggu ini ia tidak masuk kerja. Menurut gosip yang beredar, dia sakit herpes.
“Herpes!? Sakit kelamin itu 'kan?” kata Neng Usil waktu kali pertama mendengar kabar itu di dapur kantor. Ia langsung cekikikan, membayangkan yang aneh-aneh.
“Rasain ketularan. Jangan-jangan di luaran, dia suka main perem- ...,” sambar Miss Rumpi, tak mau kalah nyinyir, tapi cepat dipotong temannya, "Hush, sembarangan!"
Kata-kata penuh curiga disemburkan pada bos yang kebetulan dikenal rada genit itu. Pagi itu, sepertinya, habislah riwayat Herman.
“Kita tengok yuk,” ajak rekan lain yang juga ikut ngumpul. “Males ah, nanti ketularan,” kata dua pegawai tukang gosip itu sambil ngeloyor pergi.
Kalau dipikir-pikir, dua kali apes nasib si Bos. Tubuhnya saat itu sedang terbaring lemah di rumah sakit. Muncul ruam di punggung, dada, bahkan wajahnya. Makan pun sulit, karena sakit kepala dan terasa nyeri, tapi anak buahnya di kantor malah ngrasani yang tidak-tidak.
Padahal, Herman bukan terkena herpes genitalis (yang menyerang alat kelamin), melainkan herpes zoster. Jangan salah, keduanya penyakit berbeda, karena penyebabnya juga beda, meski gejala dan namanya agak mirip. Herpes genitalis disebabkan virus herpes simpleks, sedangkan herpes zoster biang keladinya virus varisela zoster. Sama-sama spesies virus herpes, tapi dari subfamili berbeda.
Pegal linu
Penyakit yang di Jawa disebut dompo ini sebenarnya kelanjutan dari cacar air, yang kebetulan disebabkan varisela zoster pula. Ceritanya, jika seseorang sembuh dari cacar air, virus penyebabnya ternyata tidak seratus persen musnah. Diam-diam, ia bersembunyi di “rumah kontrakannya”, yaitu dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Nah, pada saat daya tahan tubuh melemah, virus akan muncul kembali dalam bentuk herpes zoster.
Persoalannya, tidak semua orang tahu apakah dirinya pernah menderita cacar air atau belum. Chicken pox (cacar air), terutama pada anak kecil, memang tidak selalu menimbulkan ruam di kulit sehingga terkadang tak disadari. Gejalanya mirip demam biasa yang beberapa hari kemudian sembuh sendiri. Namun, di saat ia dewasa, virusnya bisa tiba-tiba langsung menyerang sebagai herpes zoster dengan gejala lebih berat.
Masuknya varisela zoster saat usia kanak-kanak sebenarnya lebih menguntungkan. Selain gejalanya tidak berat, si anak juga bakal cepat sembuh, dan dapat memberikan kekebalan lebih lama. Sayangnya, di negara-negara tropis ternyata orang lebih jarang terkena pada tingkat usia ini. Diduga hal ini karena faktor iklim yang menghambat pertumbuhan virus, selain faktor genetik.
Karena penyebabnya sama, secara umum gejala herpes zoster juga mirip cacar air. Awalnya, seseorang akan merasa demam, menggigil, sesak napas, nyeri di persendian atau pegal di satu bagian tubuh. Saking pegalnya, lazimnya penderita akan minta dipijat atau malah minum jamu pegal linu. Kepada dokter, pasien biasanya juga mengeluh terserang migren, usus buntu, atau serangan jantung.
“Kalau belum ada kelainan kulit, saat pertama kali datang, dokter saja bisa keliru. Bisa dikira demam biasa, atau penyakit lain,” aku dr. Erdina Pusponegoro, spesialis kulit dan kelamin RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. “Karena itu pemeriksaannya harus benar-benar cermat,” pesannya.
Beberapa hari kemudian, di kulit akan muncul gelembung (vesikel) dalam suatu kelompok yang menyerupai garis lebar dengan dasar kulit kemerahan. Bentuknya seperti tetesan air di atas kulit. Diameternya 2 - 3 mm. Biasanya, ia muncul lebih dahulu di punggung, baru kemudian menjalar ke arah depan.
Jika sakitnya tergolong parah, gelembung juga bisa muncul di bagian tubuh lain seperti di dahi, sekitar genital, bahkan sampai area mata. Gelembung yang kadang terasa gatal ini biasanya hanya muncul di satu sisi tubuh, misalnya kanan saja atau kiri saja.
Lokasi munculnya gelembung di kulit sebenarnya mengikuti area persarafan yang selama itu menjadi tempat varisela zoster mendekam. Maka lokasinya juga sama dengan lokasi serangan ketika cacar air dulu. Serangan bisa terjadi pada satu atau beberapa area persarafan sekaligus. Inilah yang menyebabkan serangannya bisa meluas ke beberapa bagian tubuh, termasuk ke bagian kepala. Namun, menurut Erdina, kebanyakan hanya menyerang area persarafan di sekitar dada.
Mengingat umumnya muncul di satu sisi tubuh, ada mitos menyatakan, jika serangan sampai terjadi di dua sisi, penderita sudah mendekati pintu surga. Jangan takut, ini cuma mitos. Namun bisa diartikan juga, jika herpes zoster sudah menyerang beberapa area persarafan, penyakitnya memang tergolong parah. Apalagi jika usia penderita masih tergolong muda.
Gelembung-gelembung pada kulit sebaiknya dijaga agar tidak pecah, karena bisa menimbulkan bekas atau menjadi jalan masuk bagi kuman lain. Untuk mencegahnya, bisa digunakan bedak talc yang membantu melicinkan kulit. Setelah beberapa hari, gelembung akan kempis sendiri karena diserap tubuh dan bekasnya kemudian akan menghitam. Di saat sakit, penderita boleh saja mandi jika memang tahan dengan hawa dingin air.
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Luka akibat infeksi yang terbuka akan mudah menularkan virus ke bagian tubuh lain atau ke orang lain kalau terjadi persentuhan. Khusus varisela zoster juga dapat ditularkan melalui udara, walau daya tularnya tidak sebesar cacar air. Jika seseorang tertular dan sebelumnya belum pernah sakit cacar air, ia akan terkena cacar air dulu dan tidak langsung herpes zoster. Gejalanya juga tidak sehebat herpes zoster.
“Karena itu penderita sebaiknya beristirahat dulu. Sampai kapan? Sampai lukanya mengering dan penderita sudah tidak merasa pegal-pegal lagi. Waktunya bisa hampir dua minggu. Istirahat di sini juga perlu, agar tidak tertular penyakit yang lain lagi,” kata Erdina.
Tiga hari
Herpes zoster intinya memang berurusan dengan daya tahan tubuh. Tak heran kalau penyakit ini banyak menyerang kaum lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun. Konon, lebih dari separuh penderita berasal dari kalangan usia senja itu. Golongan lain yang mudah tertular adalah bayi. Terutama bila saat penyakit ibunya kambuh pada saat ia dilahirkan.
Orang-orang pada usia produktif juga mudah terserang jika kebetulan masuk golongan rentan (imunokompromais). Misalnya, mereka yang terinfeksi HIV, penderita keganasan, atau penerima transplantasi organ tubuh. Juga terhadap orang yang menerima terapi imunosupresif, kemoterapi, dan radiasi seperti penderita kanker.
Dr. Erdina pernah menemui seorang pasien muda yang terkena serangan herpes zoster yang sangat parah. Setelah dianjurkan pemeriksaan darah, diketahui pasien itu ternyata terkena HIV positif akibat mencandu narkoba. Jadi, secara tak langsung penyakit ini menjadi indikator daya tahan tubuhnya.
Herpes zoster harus cepat ditangani. Paling tidak dalam tiga hari sejak muncul demam, harus segera diberi obat-obat antivirus seperti famsiklovir, valasiklovir, asiklovir, vidarabin, atau foskarnet. Efektivitas pengobatan ini 100%, meski tidak seluruh virus terbasmi. Tetap saja ada yang ngumpet di “rumah kontrakannya” tadi.
Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster (Oka strain). Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali, satu kali lagi diberikan pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60 - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, diberikan sekali saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
Merusak jaringan saraf
Cepatnya penanganan herpes zoster penting agar tidak menimbulkan gejala sisa, yang disebut nyeri pascaherpes atau postherpetic neuralgia. Penyakit ini merupakan episode lanjutan dari herpes zoster yang diusahakan jangan sampai terjadi. Sebab, penderitaannya hebat dan bisa bertahun-tahun.
Terjadinya nyeri pascaherpes disebabkan lambatnya pengobatan saat varisela zoster bikin ulah. Akibatnya, virus sempat merusak atau terjadi disfungsi sementara jaringan saraf di sekitarnya. Jika gejala ini terlanjur terjadi, kulit yang terkena sentuhan sedikit saja bisa menimbulkan nyeri. Atau, kadang saraf memancarkan sinyal nyeri terus-menerus. Sekitar 75% penderita nyeri ini mengaku, rasanya seperti terbakar.
Faktor usia sangat menentukan kerentanan serangan nyeri pascaherpes. Semakin tua seseorang saat terkena herpes zoster, semakin besar kemungkinannya menderita nyeri. Jumlah mantan penderita herpes zoster yang berlanjut ke nyeri pascaherpes kira-kira 10 - 15% populasi. Di atas 50 tahun kemungkinannya menjadi 40%, di atas 60 tahun jadi 50%, dan di atas 80 tahun menjadi 80% dari populasi.
Situs internet StopPain.Org memuat penelitian mutakhir yang menunjukkan, kaum lanjut usia dengan gangguan saraf akibat penuaan atau diabetes (neuropati) lebih mudah terkena nyeri pascaherpes. Menariknya, kebanyakan penderita diabetes dengan neuropati tidak akan menyadari kondisi sarafnya itu sebelum terkena herpes zoster.
Penderita herpes zoster berusia muda yang terkena serangan parah, misalnya sampai ke mata, semakin besar kemungkinannya terkena nyeri pascaherpes. Pada serangan yang sampai menuju ke mata ini, biasanya disarankan untuk berobat juga ke dokter mata, agar kerusakan saraf di sekitarnya dapat dicegah. Kerusakan saraf yang disebabkan herpes zoster sangat sulit dipulihkan – jika tidak bisa dibilang tidak akan bisa sembuh.
Setiap pasien juga punya pengobatan sendiri yang berbeda tergantung kecocokannya. Untuk kasus seperti ini, dokter spesialis kulit tidak bekerja sendirian lagi. Ahli lain juga dilibatkan seperti ahli saraf, rehabilitasi medik, bahkan psikiatri. Psikiatri dilibatkan, karena derita nyeri berlebihan bisa mengakibatkan depresi. “Psikiater akan melatih pasien untuk melakukan sesuatu jika nyeri itu datang,” kata Erdina.
Begitulah repotnya kalah main "petak umpet" dengan herpes.
Dimuat di: Majalah INTISARI
13 September, 2007
Petak Umpet Ala Virus Herpes
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar