20 November, 2007

Sadap Menyadap HP Istri Muda

Menyambung tulisan saya tentang detektif-detektifan ala indonesia, saya menemukan blog ini. Entah, keduanya berhubungan atau tidak. Produknya sih, mirip. Dan konon pemainnya memang sangat sedikit di negeri ini.

Tidak. Saya tidak sedang tertarik untuk menyadap hp siapapun. Selain mahal, saat ini belum ada gunanya.

Saya juga tidak sedang parno, karena takut hp saya disadap. Silakan sadap saja hp saya, kalau memang mau dan bisa. Paling si penyadap cuma menemukan sms-sms janjian wawancara saya dengan narasumber, spam dari provider kartu SIM langganan saya tentang sponsor ini-itu, atau kalau sore sekitar jam 18-an adalah sms janjian saya dengan istri untuk bertemu langsung di tempat parkiran.















Saya jelas bukan orang cukup penting untuk main dengan urusan sadap-menyadap. Beda dengan konsumen penyadap hp yang - menurut narasumber saya di tulisan itu - umumnya para bos dan digunakan untuk mengintip pembicaraan istri muda atau pacar-pacarnya. Sebagian lagi memang ada yang dipakai untuk mengontrol anak dari ancaman narkoba, atau mitra bisnis untuk mengetehui kadar loyalitasnya pada kesepakatan. Tapi itu jarang.

Seperti sudah saya katakan, harga alat penyadap versi sipil ini cukup mahal. Antara 4-20 juta perak. Ini pula yang membuat orang yang membelinya, benar-benar orang yang butuh (terdesak malah) dan punya duit lebih. Dua syarat itu harus terpenuhi. "Harga segitu buat para bos yang sayang sama pacarnya, tidak seberapa," kata narasumber saya itu.

Sayang pacar? Pacar katanya memang untuk disayang-sayang. Tapi rupanya masih sulit bagi saya untuk bisa membayangkan jika konsekuensi dari perasaan itu adalah sejumlah besar uang yang harus dihabiskan untuk memelihara - maksud saya menghidupi - si pacar. Rumah/apartemen, mobil, belanja, salon, jajan, dan sesekali mengajak plesiran ke luar negeri. Perkiraan bodoh saja, sebulan pasti lebih dari 20-50 jutaan. Jika jumlahnya memang benar segitu, alat sadap hp yang "cuma" 20 juta, tidak ada apa-apanya.

Dan lagim kalau memang begitu kondisinya, berarti memang alasan penyadapan hp bukan "sayang pacar". Tapi takut kalau si pacar kabur atau selingkuh mencari kepuasan pada lelaki lain (yang lebih muda bin perkasa). Di sini yang disayang sebenarnya adalah cost-nya (bukan investment lo!) pacaran selama ini.

Sekesal-kesalnya saya pada para bandot tua (istilah kuno nih, hehehe) tapi saya tetap respek pada mereka yang bisa memacari wanita muda tanpa terlalu bermodal harta dan senjata gagah perkasa.

Ada atau tidak sih?

1 komentar:

Unknown mengatakan...

mau ikutan gabung telp saya .agus j :081319061905