27 Januari, 2009

Donita "Suster Ngesot": Indera Keenamnya Sering Bikin Repot

Dikaruniai kelebihan punya indera keenam, malah membuat aktris cantik pendatang baru ini sering kerepotan, merasa bingung, kesal, terus ujung-ujungnya jadi bete. Begitu sering ia melihat sosok-sosok dari dunia gaib dan sebangsanya. Di setiap tempat, setiap saat. Kalau memang bisa memilih, ia ingin jadi orang yang normal saja.

Nama aslinya Noni Anissa Ramadhani. Tetapi cukup panggil dia, Donita. Dara kelahiran Bandung yang kini berusia 18 tahun ini pelahan namanya mulai menanjak di jagat pertelevisian Indonesia. Berawal dari modeling, merambah ke model iklan, bermain sinetron, dan terakhir membintangi Suster Ngesot, sebuah film horor layar lebar yang kini masih beredar. Cerita film yang dibintanginya itu benar-benar bersentuhan dengan kemampuan inderawinya.

Orang mungkin tidak akan menyangka jika gadis kinyis-kinyis berkulit putih ini seringkali harus berurusan dengan makhluk-makhluk dari dunia lain yang sosok dan bentuknya saja tidak terbayangkan oleh orang biasa. Ada yang seperti manusia biasa, tapi banyak pula yang aneh, mengerikan, atau menjijikkan. Kemampuan indera keenam Donita membuat mereka, para makhluk gaib itu, bisa dilihatnya di mana saja, dan kapan saja.

Trauma ambulans
Donita sudah merasakan kelebihan ini sejak kecil. Ketika itu, ia sering berkata kepada orangtuanya sambil menunjuk-nunjuk sesuatu yang terlihat ganjil. "Apa itu Ma?" tanya Donita. Tapi papa-mamanya tidak menanggapi. Kadang mereka malah berkata, "Ah, kamu enggak usah main-main."

Meski hal seperti itu sering terjadi, tidak ada yang mau memberi penjelasan. Kebetulan orangtuanya tidak percaya pada hal-hal yang tidak kasat mata.

Satu peristiwa yang paling diingat Donita, saat ia kelas 2 SD dan berkunjung ke sebuah museum di Bandung bersama teman-teman sekolah. Kebetulan di museum yang bertema perjuangan itu ada sebuah mobil ambulans tua yang dipamerkan. Di dalam mobil ambulans, Donita seperti melihat banyak orang yang terluka berdarah-darah dan meminta tolong. Kontan ia menjerit-jerit ketakutan, menyebabkan semua temannya heran.

Akibatnya sungguh mencemaskan. Donita sakit panas selama tiga hari. Malah sampai sekarang, ia masih trauma dan takut melihat mobil ambulans. Setiap kali melihat ambulans, kejadian itu masih sering membayangi. Pengalaman buruk itu ditambah lagi, saat ayahnya meninggal, ia melihat sesosok bayangan perempuan yang jongkok di dalam mobil ambulans. "Aku juga pernah hampir menabrak, waktu belajar nyetir mobil, gara-gara ngeliat ambulans yang lewat," tuturnya.

Indera keenam itu sempat "tertutup" ketika Donita beranjak remaja. "Tahu-tahu ketutup aja. Tidak ditutup sama orang pintar atau gimana gitu," tuturnya. Ia yang dulu sering sakit sehabis melihat makhluk-makhluk halus, bisa merasa lega. Akhirnya bisa merasakan juga sebagai orang normal, pikirnya.

Tetapi rupanya kesenangan itu tidak berlangsung lama. Semasa SMA, di tengah berlangsungnya pelajaran sekolah, tiba-tiba ia melihat sesosok anak kecil berlari-lari di dalam kelas. Ah! Donita terkejut bukan main. Siapa anak itu? Dan mengapa tidak ada teman-temannya yang melihatnya?

Beruntung, teman semejanya, yang juga dikaruniai indera keenam, ikut melihat. Keduanya sama-sama saling mencocokkan penglihatan mereka, bahwa anak kecil itu tidak memakai baju, hanya bercelana selutut, sedang bermain-main sendirian di dalam kelas yang tenang.

Sejak itu, penglihatan gaib Donita muncul lagi. Dan rupanya berlangsung sampai sekarang. Ia menjadi semakin sering melihat sosok-sosok tertentu. Bentuknya bermacam-macam, dan ternyata tidak selalu menyeramkan. Malah kadang kelihatan aneh. Hanya saja, ia tidak mau menjelaskan detilnya, karena memang tidak selalu ingin memperhatikan mereka. "Suka males aja. Ngapain juga dilihat-lihatin terus," jelasnya.

Teman kesurupan
Sejauh ini Donita bersyukur, makhluk-makhluk itu tidak sampai mengusik. Di rumah orangtuanya di Bandung ia pernah melihat sesosok orang yang sudah tua. Atau, bayangan perempuan yang sedang duduk di meja rias kamarnya. Kini di rumah yang ditinggalinya di kawasan Bintaro, ada juga perempuan berbaju putih yang sering melintas. Tapi mereka seolah tidak mempedulikan Donita. Lagi pula si gadis sudah terbiasa.

Rupanya kemampuan itu bukan tidak ada yang memperhatikan. Suatu sore, sepulang sekolah di SMA, seorang lelaki tua mendatanginya dan bertanya-tanya soal kelebihannya itu. Donita yang pada dasarnya adalah pribadi yang ramah, menanggapinya dengan sopan.

Pada obrolan singkat itu, Donita sempat membenarkan kemampuan indera penglihatannya. Tapi karena saat itu mobil kakak ipar yang menjemputnya sudah datang, penjelasan itu tidak dia lanjutkan. Ia langsung pamit pulang. Saat mobil meninggalkan area sekolah, ia sempat melirik ke arah lelaki tua tadi. Ternyata dia sudah tidak ada!

Menurut Donita, sejauh ini kemampuannya itu tidak ada gunanya sama sekali. Malah kadang terasa mengganggu. Seringkali, ia sering merasa melihat sesuatu, padahal orang lain tidak. Ia bisa secara tiba-tiba berkomentar sesuatu yang terdengar aneh di telinga orang lain. Misalnya, suatu hari ia berteriak, "Awas, jangan ditabrak!" karena merasa ada "orang" yang melintas di depan mobil yang ditumpanginya. Si pengemudi kaget, padahal ia tidak melihat apa-apa. Begitu juga orang lain.

Pernah ada yang menyarankan agar Donita sekalian saja memperdalam kemampuan itu. Jadi paranormal atau tukang ramal. Siapa tahu, hasilnya bisa positif, untuk mengobati orang lain atau mengusir setan. Tapi ia tidak tertarik sama sekali. Kalau menurut cerita orangtuanya, memang nenek buyutnya punya kemampuan mengobati orang, tapi Donita tidak mau mengikuti jejak sang nenek buyut.

Kalau soal ramal-meramal, kebetulan aktris yang kini sedang membintangi sinetron Cinta Fitri ini tidak terlalu menyukainya. "Ngeramal itu artinya mendahului Tuhan. Kalau nanti Tuhan ternyata berkehendak lain, gimana?" tuturnya. Donita sesekali memang punya feeling terhadap sesuatu peristiwa yang akan terjadi, tapi tidak mau membuktikan apakah itu benar atau salah.

Kadang, kalau bertemu orang yang punya kepekaan indera seperti dirinya, Donita merasa senang. Ia seperti punya teman. Rasanya sedikit aman karena ada orang yang juga merasakan hal yang sama dengan dirinya. Biasanya dengan orang seperti itu, ia akan mencocokkan penglihatannya sekadar membuktikan keberadaan para makhluk halus itu. Selebihnya, "Dicuekin aja. Biarlah, mereka punya dunia sendiri, kok," begitu prinsipnya.

Walau kadang terasa mengganggu, belakangan Donita mengaku sudah mulai terbiasa. Pekerjaan sebagai aktris sinetron yang harus selalu berpindah-pindah lokasi syuting juga membuatnya banyak menemui hal-hal baru. Pada saat Kisah mewawancarainya di lokasi syuting, di sebuah area perkantoran di Jakarta Timur, ia juga bisa melihat sesosok perempuan berbaju putih yang ada di sekitar tempat itu.

Kemampuan Donita bermanfaat untuk mengingatkan para kru pembuat film atau sinetron, agar jangan mengusik tempat-tempat tertentu di lokasi syuting. Termasuk ketika syuting film Suster Ngesot, ia sempat mengingatkan teman-temannya untuk tidak bersikap sembarangan di sejumlah tempat. Tapi, meski mereka sudah berhati-hati di tempat itu, gangguan itu ternyata masih datang juga.

Kisahnya, ketika syuting di daerah Bogor, Donita sudah merasa ada bagian tertentu di lokasi itu yang tidak begitu ramah. Itu terbukti ketika salah seorang teman mainnya, Lia Waode, yang mencoba menelepon lewat ponsel, tidak mendapat nada sambung. "Tapi malah kedengeran ketawa perempuan cekikian," bisik Lia ke Donita.

Bersamaan dengan itu pula, keduanya melihat ada sesosok perempuan berbaju putih berambut panjang di dekat mereka. Sosok itu menatap tajam ke arah mereka dan sepertinya marah. Lia yang ketakutan, sempat meminta tolong ke Donita, sebelum akhirnya malah kesurupan. "Waktu itu aku cuma bisa bantu doa aja," kata Donita yang akhirnya harus menemani Lia selama tiga jam kesurupan.

Menurut Donita, anugerah Tuhan yang sangat istimewa ini sebenarnya tidak disesalinya. Hanya saja, karena di keluarga besarnya tidak ada yang punya kemampuan itu, jadi rasanya sedikit aneh. "Habis mau bagaimana lagi?" katanya pasrah. Tapi kalau seandainya boleh memilih, ia lebih suka menjadi orang normal yang tak bisa melihat arwah dan makhluk gaib di "dunia lain".

Dimuat di : Majalah KISAH, Juni 2007

Tidak ada komentar: