08 Juli, 2009

Mitologi Yunani: Narcissus Si Brondong Ganteng

Saya tidak bisa membayangkan, kira2 kayak apa tampangnya anak dewa yang namanya Narcissus. Dalam mitologi Yunani dikisahkan, dia begitu ganteng, cakep, keren,cool, … ah pokoknya semuanya deh. Sampai cewek2 pada naksir berat.

Seperti pada umumnya cewek2, kalau ngeliat cowok yang superganteng, mereka cuma bisa sebatas kagum, terus heboh sendirian. Ada juga sih, sebagian kecil yang akhirnya nekat untuk nyoba ngecengin. Harapannya si cowok bakal ngelirik, terus nyamperin.

Tapi khusus kasusnya Si Nar ini, cewek2 nekat itu akhirnya tahu diri. Soalnya yang dikecengin cuma (tak) acuh beibeh. Mau cakep kayak apa, mau montok kayak apa, tetep aja Si Nar pandangannya lempeng. Enggak tergoda.

Tapi rupanya tidak begitu dengan Echo. Saya juga susah membayangkan kayak apa tampang Echo ini, sampai dia begitu pede dan niat banget kepingin ngegebet Si Nar. Malah dia sampai nekat ngikutin ke mana aja Nar pergi. Kelakuannya bener2 kayak cewek kegatelan. Ibu saya di Cinere sana bakalan “marah” banget nih sama cewek kayak beginian.

Menurut salah satu versi, bisa jadi Echo yang sebenernya cantik ini, enggak dilirik sama Nar, gara-gara dia punya cacat. Dia sebenernya enggak bisa ngomong. Bisanya cuma mengulang apa yang dikatakan orang. Aneh gak sih?

Mungkin begini kali ya:
Misalnya, suatu hari Echo mau jajan somay. Terus dia panggil abang somay yang kebetulan lewat di depan gang.

Dengan senyum2, si abang dateng. Markir sepedanya yang butut, buka dandang, terus nanya, “Campur Neng? Pake pare gak?”

Eeeh, tiba-tiba tampang Echo malah jadi kayak kebelet pup gitu. Terus dengan agak terbata-bata dia berbisik ke abangnya, “Pake pare gak, pake pare gak. Gak, gak, gak...”

Abangnya bingung. “Lah iya, ini somaynya, Neng. Mau campur semua, apa cuma somaynya doang?”

Echo jadi resah. Dia sadar kecacatan dia, dan berusaha keras ngomong sejelas-jelasnya. Tapi tetap saja yang keluar dari mulutnya, “Apa somaynya doang, apa somaynya doang. Doang, doang, doang...”

Setiap kali abangnya ngomong, Echo selalu ngikutin kalimat2 akhirnya. Diulang2.

Berkali-kali begitu, terang aja lama2 abangnya kesel. Capek deh. Cakep sih cakep, tapi kalau gokil begini, ya ilfil deh gue, begitu batin si abang. Dan endingnya, si abang somay akhirnya kabur sambil agak2 merinding gitu.

Kasihan. Mungkin si abang juga enggak tahu kalau dia tukang jualan yang ke dua ribu tiga ratus sekian yang kabur dari Echo...

Balik ke Si Nar, ….rupanya kali ini Echo bener2 mau nekat ngejar. Suatu hari dia melihat Nar lagi jalan, Echo langsung nempel. Pokoknya mulai hari ini, ke mana aja Nar pergi, dia terus nempel. Begitu janjinya. Modalnya berani malu aja deh, batin Echo.

Dasar cuek, Nar tidak peduli dikuntit Echo. Sampai suatu kali dia lagi kemping (camping, maksudnya) sama temen2 sekolah, Nar terpisah sama rombongan dan tersesat. Karena bingung dan kecapekan, dia akhirnya cuma duduk aja di pinggir danau.

“Wooy, ada siapa di sini!” Nar mencoba teriak2 cari bantuan.

Tiba2 terdengar jawaban: “Ada siapa di sini, ada siapa di sini…”

Ealah, taunya si Echo muncul dari balik pohon. Sambil senyum2 gak jelas, gitu. Rupanya sedari tadi itu cewek terus ngikutin Nar. Terang aja dia juga ikutan tersesat.

Tapi bedanya, kali itu rupanya Echo sudah 100% nekat. Dia pikir, udah capek ngikutin cowok ganteng ini terus, tapi dianya cuek2 aja. Sekarang kesempatannya gue nembak. Carpe diem! Yang artinya kesempatan (mungkin) enggak datang dua kali. Mumpung sepi. Pinggir danau lagi.

Tiba-tiba aja Echo “menyerang” Nar dan memeluknya. Pelukannya kenceng banget. Terang saja Nar yang tidak siap dan memang lagi enggak hasrat buat peluk-pelukan, jadi rada jijay bajay. Ih, ngapain sih nih cewek?!!! Nar meronta-ronta mencoba melepaskan pelukan Echo.

Karena Nar begitu merinding, gerakannya sangat spontan dan kuat. Akibatnya Echo terpelanting dan jatuh ke tanah. Gedubrak!

Sadar kalau dirinya jatuh, Echo malu bukan main. Mukanya merah. Soalnya baru kali itu dia ngerasain ditolak cowok. Selama ini dia seringnya nolak cowok. Alasannya adaaa aja: kurang cakeplah, kurang tajirlah, kurang jago basketlah, kurang ajarlah, dsb. Dan penolakan kali ini dirasakannya benar2 merupakan peristiwa yang hina dina.

Gue enggak bisa ngebayangin hidup setelah penolakan ini, batin Echo yang udah gak merasa betah dengan status "high quality jomblo" itu. He-he-he, hukum karma kali ya.

Saking malunya Echo lari dan terus lari. Dia masuk ke sebuah gua. Di dalam dia nangis terus dan tidak mau keluar2. Kabarnya dia mati merana di sana. [makanya kalau ada suara yang bergema di gua, disebut suara echo]

Rupanya kejadian penolakan oleh Nar itu dilihat sama Maiden, seorang peri penunggu danau. Maiden marah banget sama kelakuan Nar yang kasar. “Nyateee aja, Men. Jangan kasar sama cewek!” Sebagai hukuman, dia menyihir air kolam menjadi sejernih kaca.

Nar kaget setengah mati melihat air danau begitu bening. Ia lalu melongok dan melihat wajah seorang cowok ganteng di sana (tampang dia sendiri!). Tiba-tiba saja dia merasa jatuh cinta. Idiiih, jijay. Ketahuan deh sebenernya kayak apa seleranya si Nar. Lu lekong apa pewong siiy! Jadi rupanya selama ini dia sukanya sama sesama jenis. Parahnya, Nar sukanya sama diri sendiri! Hiiiy!

“Aku cinta padamu. Aku kagum pada parasmu,” begitu kata Nar berulang-ulang sambil melihat tampangnya.

Nar enggak bias lepas dari cermin air itu. Dia terus memandang dan mengagumi wajahnya. Sampai saking penasarannya, dia akhirnya terpeleset dan jatuh ke danau. Karena tidak bisa berenang, akhirnya dia mati. Mayatnya dibawa arus sungai. Oleh para peri, mayatnya kemudian dirubah menjadi bunga narcissus.

Nah, dari kisahnya narcissus ini muncul istilah narsisisme dalam psikologi. Alias orang yang suka mengagumi diri sendiri dalam kadar berlebihan. Anak2 gaul sekarang juga suka menyingkatnya jadi narsis. Narsis luh!

Sekian.
Demikian semoga membawa manfaat dan diambil hikmahnya. Wassalam.

Catatan:
Saya tulis untuk Note Facebook saya



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Boleh tau dapet sumber ceritanya dari mana?