18 November, 2008

Mari Dengarkan Dan Latih Intuisi

Tiba-tiba saja, suatu saat kita bisa menerima "informasi" yang entah berasal dari mana. Semacam bisikan, petunjuk, dan sejenisnya. Mendadak, namun ternyata sesuai dengan kepentingan kita. Jangan abaikan hal-hal seperti ini, karena setiap manusia sesungguhnya punyai akses ke informasi paranormal (psi) atau orang biasa mengistilahkannya intuisi. Tak sedikit orang yang sukses, terselamatkan dari bencana, atau kualitas hidupnya membaik karena "informasi" semacam ini.


Winston Churchill, Perdana Menteri Britania Raya di masa Perang Dunia II, suatu kali mengundang tiga menterinya makan malam. Ketika acara santap malam berlangsung, tiba-tiba Churchill bangkit dari kursi makan, lalu menuju dapur. Ia memerintahkan kepala pelayan dan anak buahnya yang sedang sibuk menyiapkan makanan, untuk berkemas dan mengosongkan dapur.

Meski heran, anak buahnya tak berani membantah. Benar saja, kurang lima menit kemudian, sebuah bom jatuh dan meledak di belakang rumah. Dapur rusak berat. Tapi semua pelayan selamat karena sempat punya waktu berlindung. Tiba-tiba saja Churcill mendapat "perintah" mengosongkan dapur. Ia menurutinya, tanpa banyak tanya, dan hasilnya langsung bisa dibuktikan. Siapa yang mendorongnya melakukan itu?

Kisah nyata yang lain, Indra, pria berusia 26 tahun, suatu siang bermaksud berangkat ke kantor. Sepanjang perjalanan ia merasa sangat "tidak nyaman" yang susah untuk digambarkan. Seakan-akan ada bisikan untuk tidak usah pergi bekerja dan kembali saja ke rumah. Namun ia tak mengacuhkannya.

Hari itu hujan rintik-rintik. Jalanan licin. Lalu peristiwa itu terasa begitu cepat, saat sepeda motor Indra menabrak sebuah mobil yang mengerem mendadak karena menghindari seorang anak kecil menyeberang. Akibatnya, tangan Indra retak dan harus mendapat perawatan yang cukup serius.

Indra mengabaikan perasaannya. Akibatnya ia mengalami kecelakaan. Apakah semua itu karena ia mengabaikan informasi yang sudah berusaha disampaikan kepadanya?

Tahu tanpa kutahu
Ada bermacam istilah untuk informasi, bisikan, atau petunjuk diterima seseorang secara tiba-tiba, di saat ia tengah mengerjakan sesuatu atau di kala bergumul dalam suatu permasalahan. Ada yang menyebutnya intuisi, feeling, indera keenam, wangsit, dsb. Soal istilah, sampai hari ini memang belum ada kesepakatan.

Tapi dari dua kisah tadi, tampak bahwa "intuisi" (kita sebut begitu saja dulu) bisa muncul pada setiap orang. Tak peduli dia orang terkenal, pandai, tua-muda, atau masyarakat biasa-biasa saja, termasuk Anda. Prosesnya, tiba-tiba saja datang sebuah pesan yang seolah menyuruh kita untuk melakukan langkah tertentu. Dikerjakan atau tidak, terserah kita. Namun pada akhirnya pesan itu terbukti sesuai kepentingan kita.

Jangan terburu-buru menepis segala pembahasan tentang hal yang sepintas terdengar tidak masuk akal ini. Memang, di masyarakat kita yang masih tradisional, tidak banyak penjelasan rasional tentang peristiwa-peristiwa yang terkait dengan intuisi. Semua yang tidak bisa dijelaskan akal, bakal dianggap berbau asap kemenyan alias gaib. Padahal di Barat, banyak ahli yang justru mencoba menjelaskannya dalam ekperimentasi keilmiahan. Hasilnya malah sudah banyak dimanfaatkan.

Faktanya, tak sedikit orang yang mengaku pernah (bahkan sering) mendapatkan intuisi, terutama ketika sedang melakukan suatu hal. Namun ketika pesan itu akan dituruti, ia ragu, apakah itu tidak mengingkari rasionalitasnya? Rasanya kok aneh ya, sekonyong-konyong berbuat suatu tindakan dan tanpa alasan, begitu batinnya berperang.

Saat intuisi sedikit demi sedikit mulai didengarkan, biasanya barulah seseorang mulai paham. Sosoknya mulai bisa ditangkap, kehadirannya dirasakan. Di saat jeda waktu, nol koma nol nol sekian detik, dari perputaran aktivitas sehari-hari yang seakan tak pernah berhenti ini, tiba-tiba ia muncul begitu saja tanpa ada suatu peristiwa mendahuluinya.

Perlahan, suara intusisi juga semakin bisa dibedakan dari "suara-suara" lain seperti angan-angan, lamunan, rekaan, atau pikiran yang meracau asal-asalan. "Aku yakin, ini intuisi dan harus diikuti!"

Tapi celakanya lagi, ketika orang lain kemudian mencecar dengan pertanyaan, "Kok kamu bisa tahu? Dari mana kamu tahu?"

"Tidak tahu ya. Muncul begitu saja."

"Ah, tidak masuk akal itu! Kamu tahu, tapi tidak tahu."

Akibatnya, intuisi yang memang merupakan pengalaman sangat individual ini kadang disimpulkan dengan deretan kata-kata bernada kebingungan: aku tahu tanpa tahu mengapa kutahu.

Bagaimana bisa tahu, kalau di tengah perjalanan, tiba-tiba saja kita memilih belok kiri dari yang sehari-hari biasanya belok kanan. Telepon berdering, dan kita sudah tahu siapa yang menelepon. Melihat sebidang tanah kosong, kemudian merasa cocok mendirikan usaha bakso urat di tempat itu, dan ternyata memang sukses. Pernahkah Anda mengalaminya?

Bisa jadi, salah satu penyebab ketidakpopuleran intuisi di zaman modern ini, disebabkan pemunculannya yang tidak bisa diduga-duga. Orang zaman sekarang gitu loh, selalu butuh kepastian. Selalu memerlukan data dan analisis sebelum bertindak. Bertolak belakang dengan intuisi yang bisa muncul tanpa permisi. Sedang jalan-jalan, bangun tidur, menyetir mobil, atau ngobrol dengan teman, tiba-tiba cling! Ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Ayo lakukan!

Selalu "mendadak", itulah salah satu ciri intuisi. Munculnya memang tidak melalui kajian panca indera dan pemikiran kita terlebih dulu. Karenanya kadang kemampuan ini disebut juga extra-sensory perception (ESP). Suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan seseorang mendapatkan informasi atau persepsi di luar panca inderanya. Disebut "extra", karena di luar kebiasaan, dan diperoleh langsung dari pikiran yang sifatnya universal. Atau biar jelas, ada yang menyebutnya indera keenam.

Amarullah Hamali, seorang praktisi ESP, menekankan benar soal di luar kajian indera kita itu. "Kalau sudah memakai rasio, berarti sudah diolah dalam pikiran kita. Intuisi sama sekali tidak dipikirkan. Tiba-tiba saja gambarannya muncul dalam pikiran. Atau kalau itu bentuknya kata-kata, maka akan langsung terucapkan begitu saja," tutur pria yang tinggal di Bandung ini.

Aneh? Ya, begitulah adanya. Amar - demikian panggilan Amarullah - tidak kaget lagi kalau tiba-tiba ada suatu "bisikan" yang memberitahukan tentang suatu hal. Semua terjadi begitu saja, baik diminta maupun tidak. Ia menganggapnya sebagai sebuah pesan yang penting bagi dirinya atau orang lain yang mungkin membutuhkannya.

Ketika gempa dahsyat mengguncang Yogyakarta, Mei 2006, Amar kebetulan ada di kota itu. Sejak dinihari, ia mendengar ada bisikan yang menyuruhnya untuk berhati-hati, tapi tidak tahu apa yang akan terjadi. Selesai salat Subuh, ia mengemas semua barang di dalam tas, tapi tetap dalam posisi bersila di lantai, menenangkan diri, untuk mencari kejelasan atas petunjuk itu.

Tak lama kemudian, bumi terasa berguncang hebat. Oh, ternyata bisikan itu pertanda akan ada gempa, Amar membatin. Memang di hotel tempatnya menginap akhirnya tidak ada korban. Cuma tembok retak-retak. Tapi saat guncangan, ia bisa begitu tenang membuka pintu kamar - di tengah orang-orang yang panik berlarian, sambil menenteng tas untuk menyelamatkan diri.

Jawaban pertama banyak benarnya
ESP memang sekadar istilah dalam kajian keilmuan. Kemampuan semacam itu sudah dipelajari dan dimanfaatkan seiring kemajuan peradaban manusia. Amar meyakini, setiap orang pasti pernah mengalami fenomena indera keenam ini lebih dari sekali dalam hidupnya. "Kalau merasa tidak mengalami, itu karena ia tidak memperhatikan atau mengenali saja."

Agar kenal, dan sayang, ESP bisa dikenali cirinya. Misalnya, kita sudah dapat mengetahui sesuatu hal sebelum terjadi. Dapat memahami pemikiran atau perasaan seseorang tanpa orang itu harus mengungkapkannya. Sering mendapat pesan untuk berbuat sesuatu dan setelah dikerjakan ternyata membawa manfaat.

Amar mengakui, tak sedikit orang yang mengerutkan kening atau mengatakan semua ini tidak nyata. Cuma khayalan. Atau yang lebih parah lagi dianggap klenik, gaib. Tegas Amar menolak, "Tidak ada gaib di sini!" Walau ia mengakui, dengan bantuan ilmu-ilmu hitam, fenomena yang terlihat seperti ESP bisa saja terjadi. "Tapi itu dengan bantuan jin. Makhluk halus."

Meski berasal dari Timur, saat ini kajian tentang ESP justru maju di negara-negara Barat, seperti di beberapa universitas di Amerika Serikat (AS), Inggris, atau Skotlandia. Kajian ilmiah tentang fenomena paranormal (parapsikologi) ini malah sudah dimulai 80 tahun lalu, diawali di Duke University, North Carolina, AS.

Tapi maaf, sebentar! Istilah paranormal di sini mohon diartikan secara keilmuan, yaitu semua fenomena psikis atau pengalaman yang memiliki hubungan dengan jiwa dan pikiran. Ada juga yang mengistilahkannya psi. Jadi bukan "paranormal" yang terkenal karena ramalannya, dan konon bisa menyantet itu.

Sebenarnya banyak fenomena paranormal yang bisa dirasakan manusia. Namun dalam parapsikologi, ESP sendiri dikategorikan menjadi telepati (menghubungkan pikiran), clairvoyance (informasi yang bisa diterima melampaui batas ruang dan waktu), prekognisi (tahu sebelum terjadi), dan psikokinesis (pikiran sebagai sumber kekuatan).

Segala pesan yang kita pahami sebagai "intuisi" tadi sesungguhnya adalah informasi paranormal. Pemahamannya, informasi yang terkait dengan jiwa dan pikiran, namun belum bisa diterangkan dalam nalar pengetahuan saat ini. Fenomena bisa meramalkan masa depan, bermimpi didatangi seseorang yang ternyata besoknya meninggal, atau mampu menangkap pesan dari seseorang yang jauh, semua itu memang belum bisa diterangkan secara keilmuan saat ini.

Para ahli parapsikologi menduga, mungkin kita sebenarnya menerima banyak informasi paranormal selama hidup. Cuma kita tidak menyadarinya saja. Mirip fenomena gunung es. Informasi semacam ini sering kita dapatkan, tapi rasio kita menepisnya.

Karenanya, masih dalam dugaan para ahli, kita baru bisa menerima informasi semacam ini dengan baik jika kondisi tubuh dan pikiran kita dalam keadaan tidak sadar penuh atau rileks. Seperti pada saat kita bermimpi, relaksasi, meditasi, atau hipnosis. Dengan pengukuran gelombang otak (EEG), kondisi tersebut tercapai pada gelombang otak Theta 4-7 cps (cycle per second) atau Delta 0,5-3 cps.

Para ahli mencoba membuktikan potensi ESP yang ada pada setiap manusia melalui penelitian "Gansfeld", seperti ditulis dalam situs Wikipedia. Pelopornya Charles Honorton (1946-1992) ahli parapsikologi AS, dan dilakukan di Maimonides Hospital and Psychophysical Research Laboratories di Princeton, Amerika Serikat. Hasilnya sendiri cukup menarik untuk disimak, meski masih mengundang perdebatan.

Dalam penelitian itu, peserta terbagi dua kelompok yang terpisah ruangan, yaitu kelompok pengirim pesan dan kelompok penerima pesan. Penerima pesan ditempatkan di kursi yang nyaman, mata ditutup setengah potongan bola ping pong, lalu sekeliling ruangan diberi cahaya merah. Telinga mereka juga dipasangi headphones yang memperdengarkan suara dengan spektrum frekuensi tertentu.

Setelah setengah jam, di ruangan lain, pengirim pesan ditugasi untuk memilih acak satu dari empat gambar, sambil berusaha untuk mengirimkan pesan secara mental ke penerima pesan. Pada saat yang sama, penerima pesan diminta menyebutkan semua yang ada di pikiran dan bayangan di otaknya. Prosesnya mirip telepati.

Pada bagian akhir penelitian, penerima pesan diminta untuk menebak satu dari empat gambar yang sebelumnya telah dipilih pengirim pesan. Syaratnya, penerima hanya boleh menyebut sekali dan secepatnya.

Hasilnya ternyata cukup baik. Penerima pesan umumnya mampu menebak gambar dengan benar. Deskripsi tentang pesan yang dikirimkan secara mental dari ruangan lain umumnya juga cukup akurat. Ini benar-benar mencengangkan para ahli!

Orang mungkin akan cepat mencibir hasil penelitian ini sekiranya tidak dilakukan dalam kurun waktu 20 tahun (1974-2004), sebanyak 88 kali penelitian, dan melibatkan tiga ribuan tes. Kesimpulan para ahli, potensi ESP sebenarnya ada pada setiap orang, tinggal apakah orang itu mau memaksimalkannya atau tidak.

Menariknya, berdasarkan catatan penelitian, jawaban yang benar adalah yang terucap spontan. Atau artinya tanpa melalui proses pemikiran atau panca indera terlebih dulu. Jawaban inilah yang diyakini merupakan hasil dari informasi paranormal.

Melatih otak kiri dan otak kanan
Seseorang boleh saja punya potensi ESP, tapi yang menjadi tantangan terbesar justru memaksimalkan potensi itu. Sejauh pengamatan Amar, bahkan banyak orang yang sudah tahu manfaatnya, tapi sayangnya hanya sedikit yang tertarik mengembangkannya. "Padahal ini karunia Tuhan dan terbukti bisa membawa kebaikan untuk manusia," Amar terheran-heran.

Ada beberapa latihan yang bisa dicoba untuk meningkatkan kemampuan ESP. Namun inti dari semua latihan itu, untuk menambah kepekaan kita terhadap informasi paranormal. Cara berlatih yang paling dasar adalah membawa tubuh dan pikiran ke dalam situasi tenang dan rileks, seperti melalui meditasi, yoga, dsb.

Sebagai tempat penampung informasi, otak juga perlu dilatih. Antara lain dengan memaksimalkan fungsi otak kiri dan otak kanan, kemudian mensinkronkannya dengan saling berkomunikasi (lihat "Melatih Otak Kiri Dan Kanan").

Pada tahap lanjutan, latihan kepekaan terhadap informasi paranormal ini akan membuka pula kepekaan panca indera kita terhadap hal-hal lain. Misalnya dapat melihat hal-hal tak kasatmata, mendeteksi dan merasakah getaran aura, mendengar suara yang tidak ditangkap pendengaran normal, mengerti maksud tersembunyi di masa lampau atau menangkap informasi peristiwa di masa depan, kemampuan membaca informasi melalui sentuhan, dst.

Semasa mahasiswa, Amar sering heran melihat beberapa tulisan di bukunya seperti berpendar-pendar. Anehnya, beberapa waktu kemudian, tulisan itu yang ternyata jadi soal ujian. "Jadinya saya terus belajar mengikuti yang menyala saja. Kebanyakan betul, itu yang keluar di ujian," tutur dosen yang menyelesaikan studi S3 bidang Filsafat di Universitas Gadjah Mada ini.

Sejak itu, ia yang kebetulan memiliki bakat kepekaan dari garis keluarga ayah, semakin mengasah potensi ESP-nya. Semua dilakukan sendiri, bermodal ketekunan. Menurutnya, semua informasi yang diterimanya jarang meleset, jika tidak bisa dikatakan selalu benar. Ia menganggapnya sebagai suatu karunia Tuhan yang kini dimanfaatkan untuk menolong orang lain.

"Segala pesan yang diterima nantinya akan terjadi seperti apa adanya," kata Amar yakin. Tentang karir, keuangan, kesuksesan, dan aspek-aspek kehidupan lain, bisa tergambarkan jika kita menghendakinya. Jika di kemudian hari ternyata terjadi perubahan, maka biasanya si penerima pesanlah yang "menggagalkannya".

Nah, sekarang kita bisa menenangkan diri. Rileks. Apa pesan yang Anda terima hari ini?


Fakta-fakta
Penelitian Henry Mintzberg dari McGill University (tahun 1989) mendapati bahwa para pemimpin perusahaan yang unggul biasanya menggunakan belahan kanan otaknya, yaitu sisi intuisi, sebanyak 80%

Kebanyakan orang takut untuk bertindak sebelum menerima kepastian definitif bahwa tuntunan mereka benar. Keraguan semacam ini cenderung menghalangi aliran intuisi

Jika Anda tidak merasakan kejelasan yang kuat dari intuisi, jangan memaksakan diri. Melangkahlah satu per satu. Jika langkah Anda pun tidak terasa benar, maka janganlah melangkah terlalu banyak.


Melatih Otak Kiri dan Otak Kanan
Salah satu cara untuk melatih ESP kita adalah dengan melatih penerima informasi, yaitu otak. Sayangnya selama ini orang tidak menggunakan otak kiri dan otak kanan, secara seimbang. Latihan ini bermanfaat untuk melatih komunikasi antara kedua otak dan membuatnya sinkron.

1. Tempatkan gambar di atas sekitar 1,5 meter di hadapan Anda
2. Lihat titik hitam di antara dua lingkaran selama 30 detik atau lebih, dan amati titik-titik berwarna dengan pandangan sekeliling Anda
3. Lawanlah godaan untuk melihat ke segala tempat lain, selain titik hitam
4. Lakukan terus secara konsentrasi penuh selama 3-4 menit

catatan:
Reaksi yang terjadi setelah 4 menit, maka salah satu lingkaran akan terlihat melayang. Kotak putih yang ada di masing-masing lingkaran akan membentuk sebuah palang (+).

Sumber: Amarullah Hamali


Latihan Telepati Kesadaran
1. Latihan ini dilakukan 2 orang. Satu bertindak sebagai pengirim dan satu sebagai penerima
2. Kemudian duduk berhadap-hadapan, lakukan meditasi
3. Konsentrasi, fokuskan pikiran pada benda yang dijadikan sasaran (misalnya kartu atau bagian tubuh)
4. Pengirim fokus pada salah satu benda yang dijadikan sasaran, yang akan dikirim kepada penerima, kemudian penerima menebak benda tadi
5. Bandingkan hasil dari pengirim dan penerima
6. Tes ini dapat dilakukan pada satu ruangan atau pada ruangan yang berbeda antara sender dan receiver

Sumber: Amarullah Hamali


Dimuat di: Majalah INTISARI edisi Mind Body Soul III, November 2007


Tidak ada komentar: