20 Agustus, 2016

Pembersih Toilet

"Terima kasih Mas." Di toilet pria, di sebuah mal, saya mendengar suara seorang pria mengucapkan terima kasih kepada petugas pembersih sebelum meninggalkan ruangan.

Wow, situasi yg jarang saya temui. Seorang pemakai toilet tumben sekali mengucapkan terima kasih, begitu pikir saya bersimpati.

Karena kebetulan saya juga baru selesai dari toilet dan hendak keluar, saya sempat melirik pria itu. Kami berpandangan dan saling terkejut. Hei, rupanya dia salah satu teman saya di masa lalu. Mungkin 15 tahun lebih kami tidak bertemu muka. Seingat saya, kami hanya pernah sekali chatting di internet, itu pun beberapa tahun lalu.

Obrolan basa-basi sore itu memang tidak lama. Tapi dari perjumpaan singkat itu, saya jadi mengenal sisi lain dirinya yg cukup simpatik. Dia ternyata punya kebiasaan baik, yakni menghargai para pekerja rendahan. Seperti pembersih toilet yg terkadang kita menyadari keberadaannya pun tidak.
Saya benar2 terkesan dengan kebiasaan baik teman itu. Dan berusaha terus mengingatnya, agar saya bisa mempraktikkannya juga. Walaupun pada kenyataan, masih banyak lupanya :)

Peristiwa itu melambungkan ingatan saya kepada perjumpaan dengan teman lain pada suatu kali. Dia bekas OB di kantor lama saya yg keluar lalu bekerja di klab malam di daerah Kota. Posisi pekerjaannya di klab malam itu berganti2, seperti pencuci gelas, pembersih lantai, atau pembersih toilet. Posisi pekerjaan paling rendah di tempat itu.

Meski tidak saya tanyakan secara khusus, dari potongan2 ceritanya yg ngalor ngidul saya bisa mendapat gambaran suka-duka pekerjaannya. Kita yang sehari2 disebut sebagai pegawai kantoran yang biasa berkutat dengan aneka gadget dan pendingin ruangan, mungkin tdk bisa membayangkan bagaimana menangani benda2 seperti piring-gelas kotor, bak sampah, lantai, urinoir, atau wc. Begitu juga dengan kelakuan para penggunanya. Jadi bisa dibayangkanlah, bagaimana situasinya di klab malam. Yang semakin malam, justru semakin tidak terkendali.

Lucunya, menurut teman itu, justru di klab malam banyak situasi (yang mendatangkan rezeki) tidak terduga. Ketika beberes meja, sering ditemukan barang2 seperti kunci mobil, uang, korek mahal, rokok, handphone, jam tangan, sampai narkoba. Celana dalam perempuan juga pernah :)

Benda yang tertinggal juga bisa berarti rezeki tambahan bagi pelayan. Menurut aturan, semua barang yang ditemukan harus diserahkan ke pihak sekuriti. Aturan ini tegas, kalau dilanggar langsung pecat.
Barang seperti kunci mobil atau handphone jelas akan dicari pemiliknya. Nah, kalau beruntung, pelayan yang menemukan nanti bisa “ditampilkan” oleh sekuriti dan tentunya menerima tip dari pemilik atas jasanya.

Sedangkan barang2 lain, yang tidak terlalu berharga, biasanya sudah tidak dipedulikan. Di situlah kadang pelayan nakal. Ada yang dikantongi sendiri. Termasuk kalau yang ditemukan seperti ecstasy. Bisa dikumpulkan butir demi butir untuk dijual ke pengedar, yang beroperasinya di klab malam itu juga.

Meski tidak sering, uang tambahan dari tip dadakan itu cukup lumayan. Apalagi jika dibandingkan gaji mereka yang rasa-rasanya UMR ideal pun tidak sampai.

Lucunya, kata teman saya lagi, posisi yang justru jadi incaran adalah pembersih toilet. Bukan karena posisi ini basah dalam arti sebenarnya lantaran berurusan dengan air, tapi juga “basah” dalam kiasan karena lebih sering dapat tip.

Entah mengapa, para pengguna toilet di klab malam selalu royal kalau di toilet. Apalagi para boss. Mereka sering memberi tip para petugas pembersih yang jumlahnya lumayan, kadang sampai 50 ribu.
Tentu saja, umumnya dari mereka, jalannya sudah tidak tegak lagi, karena pengaruh alkohol. Belum lagi yang buang air kecilnya berceceran atau jackpot di tempat. Tapi petugas pembersih akan tetap tersenyum, terutama kalau pengunjung sudah mengeluarkan dompetnya.

Di situ saya jadi berpikir, apa kita harus mabuk dulu untuk sekadar berterima kasih kepada petugas kebersihan toilet?

Selamat berakhir pekan.

Tidak ada komentar: