22 Februari, 2018

Jangan Mati Gara-gara Uang

Beberapa tahun lalu, saya kenal seorang pria, usianya kira-kira 30-an. Dia biasa saya panggil, Koh Budi. Keturunan Tionghoa, anak dua, karyawan, agak gemuk, suka makan, merokok, dll. Tipikal bapak2 nongkrong di kompleks perumahan lah.

Singkat cerita, suatu hari sampailah kita pada obrolan, kenapa Koh Budi tidak menekuni bisnis seperti kebanyakan keluarga besarnya.

Di tengah keluarganya yang saling berjejaring di dalam bisnis, Koh Budi malah memilih jadi karyawan. Padahal kesempatan itu ada. Dan banyak orang yang kepingin punya jaringan bisnis seperti di keluarga itu.

“Hidup itu jangan diperbudak duit. Papah saya matinya gara-gara duit. Sampai mati yang dipikirin cuma duit,” begitu antara lain kata-kata Koh Budi yang saya ingat.

“Duit cuma bikin stres, terus jadinya jantungan, stroke, dll. Hidup secukupnya saja, sewajarnya saja.”

Benar saja. Kalau saya perhatikan, hidup Koh Budi memang sejalan dengan kata-katanya. Dia memang bekerja kantoran, tapi dengan hasil yang cukupan saja untuk kehidupan keluarga kecilnya. Sesuai proporsinya lah. Selebihnya, dia lebih banyak tertawa-tawa dan hidup wajar. Pendeknya, menikmati hiduplah.
    
Ketika itu, saya sebenarnya belum bisa menyelami apa arti kata-kata “jangan mati gara-gara duit”. Sampai bertahun-tahun kemudian saya bertemu seorang kawan yang rupanya sedang memiliki banyak masalah dalam hidup.

Awalnya yang saya tahu, dia punya penyakit yang sebenarnya tidak terlalu parah, tapi membuatnya harus terus minum obat. Pekerjaan di kantornya memang cukup sibuk, tapi sebenarnya di luar itu, dia lebih sibuk lagi dengan berbagai aktivitas untuk menghasilkan uang tambahan. Istilahnya side job, kerja sampingan.

Gajinya dari kantor sebenarnya cukup-cukup saja, tapi dia merasa harus menghasilkan uang lebih banyak lagi demi kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Biaya pendidikan anak kelak, kehidupan setelah pensiun, biaya kesehatan di masa depan, dll. Seluruh kebutuhan yang sebenarnya belum riil untuk saat ini.

Awalnya, dia selalu berusaha berbisnis. Tapi memang peluang di bidang itu tidak selalu mudah didapatkan. Apa boleh buat, orang di mana-mana banyak berbicara tentang entrepreneur, tapi praktiknya memang tidak selalu mudah.
    
Dengan keterbatasan dana, dia juga mencoba berinvestasi di emas, properti, saham, reksadana, forex, dll. Bahkan, karena dia didorong pemikiran bahwa usia produktifnya terbatas, lama kelamaan investasinya mengarah ke spekulasi. Ingin return besar, dengan waktu secepat-cepatnya.

Sampai di situlah kawan tadi rupanya tidak sadar hidupnya sudah terombang-ambing oleh obsesi akan uang, uang, dan uang. Sehari-hari yang dipikirkan hanyalah bagaimana menghasilkan uang sebesar-besarnya. Apa yang dibaca, dibrowsing, direnungkan, dan dibicarakan melulu topik tentang itu. Dunianya dipenuhi bayangan untuk selalu menghasilkan uang.

Sebuah upaya yang terus menerus memang bisa membuat kita semakin fokus. Namun (sayangnya) jalan kesuksesan tidaklah selalu mulus. Khususnya dalam menjalani bisnis atau berinvestasi. Jatuh bangun soal biasa. Dapat sedikit untung, lalu rugi berkali-kali, adalah pelajaran wajib. Di sinilah kawan tadi rupanya belum siap.

Energi yang sehari-hari sudah terpakai, masih harus dikuras lagi dengan kekecewaan ketika harus bertemu kondisi di luar harapan. Sampai akhirnya energinya benar-benar tipis. Dia stres dan lelah. Penyakit pun bermunculan. Dia merasa menjadi korban dari kemelekatannya kepada uang.  

Mungkin Anda pernah mendengar kisah tentang orang yang seumur hidup mencoba mengumpulkan uang, tapi di masa tua harus menghabiskan uang itu untuk biaya pengobatan. Kisah itulah yang kemudian menyadarkan kawan itu untuk mulai menata langkahnya.

Beruntung, dia belum terlambat. Dengan mengevaluasi segala yang pernah dikerjakan selama ini, akhirnya dia bisa menemukan kesalahan-kesalahannya.

Perlahan-lahan kemudian tujuan hidupnya menjadi jelas. Lebih jauh lagi melangkah, dia berubah menjadi orang yang ikhlas. Dan rupanya, kondisi ini menghasilkan bonus: kesehatannya mulai membaik.   

Dia tidak pernah menyesali apa yang telah dilalui. Bahkan, bersyukur karena telah diberi pelajaran yang berharga dengan “uang sekolah” yang cukup lumayan. Karena baginya, kehidupan ini sebenarnya adalah seni mengambil keputusan dan hidup dengan konsekuensi dari keputusan itu.

21 Februari 2018    



  



1 komentar:

Fennycia Lim mengatakan...

bandar sabung ayam online terpercaya indonesia
Tersedia 2 Jenis Taruhan Sabung Ayam Live
Sabung Ayam S128 - SV388
Raih Kemenangan Anda Bersama Kami...
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita